kembali ke depan

Orangtua Putik tersayang,
 
Selamat Tahun Baru! Semoga di tahun ini kita semakin diberi kekuatan oleh Allah SWT untuk semakin sabar dalam mendidik anak-anak kita. Di awal tahun ini biasanya saya mendapat banyak pertanyaan dari para orangtua yang putra-putrinya sudah duduk di TK B, tentang serba serbi bagaimana mempersiapkan si kecil untuk masuk 'sekolah formal' nya yang pertama. Dibawah ini saya sampaikan tulisan yang pernah saya sampaikan dalam dialog interaktif di Putik mengenai hal ini. Semoga berguna untuk menambah pengetahuan.

Si Kecil Siap Masuk SD? Deteksi Dulu Kesiapannya!  

Putik mengucapkan "Minal Aidzin Walfaidzin, Selamat Idul Fitri, 1 Syawal 1429 H".

Awal tahun ini para orangtua anak TK B sudah bersiap-siap memilih SD yang akan dimasuki buah hatinya. Begitu sibuknya beberapa orangtua jadi ‘lupa’ menyiapkan mental si kecil. Alih-alih membuat anak semakin percaya diri untuk masuk SD, malah beberapa anak menjadi ‘takut’ masuk SD, karena ayah bundanya selalu menceritakan hal-hal yang ‘seram’ tentang SD. Kalimat-kalimat seperti “Awas loh, kalau bangun masih siang terus, nanti di SD dihukum berdiri depan kelas loh!’, “ kalau tidak bisa baca lancar, nanti dihukum terus loh!”  Pengalaman kami di Putik menunjukan, anak-anak yang sering diceritakan hal-hal ‘seram’ tentang SD malah semakin tidak percaya diri saat waktunya masuk SD semakin dekat.

Kecemasan orangtua ini memang beralasan karena di tingkat SD inilah untuk pertama kalinya kemampuan anak dalam bidang akademis mulai mempunyai nilai di lingkungannya. Meski saat ini sudah banyak sekolah internasional yang tidak menganut sistem nilai untuk mengukur kemampuan akademis seorang anak, tetapi tidak dipungkiri, sebagian besar orangtua murid masih memilih Sekolah yang bersistem konvensional, yang menempatkan nilai akademis seorang anak di atas segalanya.

Di Putik, karena penanganan yang dilakukan pada setiap anak sifatnya individual, maka guru akan dapat mendeteksi anak-anak yang memang sudah siap masuk SD dilihat dari semua aspek perkembangannya.  Siap tidaknya seorang anak masuk SD TIDAK DILIHAT DARI KEMAMPUAN AKADEMIKNYA, TETAPI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONALNYA.  Kemampuan sosial emosional seperti apa yang paling mudah dideteksi orangtua? Hal-hal berikut ini hanya beberapa contoh yang diambil dari aktifitas di TK Putik:

mengenal upacara bendera
Di Putik, kita punya program "persiapan SD" agar setiap lulusan Putik dapat mudah beradaptasi dengan segala jenis SD
1.Sosialisasi

   Bila kemampuan sosialisasi anak di playgroup diukur dengan kemampuannya berpisah dari orangtua/pengasuhnya saat jam sekolah, kemampuan berbagi atau berempati, maka anak TK yang sudah siap masuk SD biasanya adalah anak-anak yang mudah bergaul dengan siapa saja dan tidak tergantung pada guru tertentu saja. Memang anak usia 5-6 cenderung sudah memilih kelompoknya sendiri, nah anak-anak yang siap masuk SD adalah anak-anak yang bisa bergaul dengan kelompok mana saja meskipun ia mempunyai peer group.
   Selain itu, anak-anak yang siap masuk SD adalah anak-anak yang sudah bisa mengatasi masalah-masalah dalam pergaulan, misalnya, kesedihan saat diejek teman,  mudah berhenti menangis bila terkena kecelakan kecil yang tidak disengaja misalnya, kesenggol teman saat lari, dan lain sebagainya. Anak juga sudah terbiasa berhadapan dengan berbagai karakter guru.
   Hal ini penting untuk meminimalkan perasaan terkucil saat ia menjadi satu-satunya anak dari TK nya yang masuk SD tertentu, dan membuatnya semakin bersemangat menjalin pertemanan baru. Ia pun akan mudah beradaptasi dengan gaya mengajar guru SD yang beraneka ragam.

2. Kemandirian

Berbeda dengan anak-anak yang masih di playgroup, kemandirian anak-anak TK B tidak hanya dilihat dari bisa tidaknya ia makan sendiri, memakai sepatu sendiri, atau memakai baju sendiri. Anak-anak yang siap masuk SD adalah anak-anak yang juga sudah mampu memenuhi kebutuhan pribadinya sendiri. Contoh paling sederhana adalah mau dan mampu  membasuh diri setelah buang air kecil, mampu mandi sendiri, dan mampu mengambil makannya sendiri. Selain itu, anak-anak sebaiknya sudah tahu kapan ia mesti berganti baju bila bajunya basah, bila harus berenang, dan lain sebagainya. Hal ini penting ia kuasai karena saat di SD, terlebih di SD konvensional, anak-anak harus mampu pergi ke kamar kecil sendiri, dan berganti baju sendiri saat olahraga.

 

3. Kepercayaan Diri (Self Esteem)

Anak-anak yang sudah mampu menyelesaikan suatu tugas dengan percaya diri (apapun hasil akhinya), tidak mudah menyerah saat mempunyai tugas atau menghadapi persoalan yang dianggap sulit, mau maju ke depan kelas meskipun masih malu-malu, tidak mudah terpengaruh dengan teman-teman, dan sering menjadi penengah saat teman-teman berkonflik adalah anak yang siap masuk SD. Kepercayaan diri penting untuk seorang anak saat ia tidak mempunyai siapapun untuk memotivasi dirinya sendiri. Coba bayangkan seandainya dia menyerah saat ulangan, orangtua tidak mungkin hadir menemaninya untuk memberinya motivasi saat menemui soal yang sulit bukan?

4. Mempunyai motivasi belajar yang tinggi.

Mempunyai motivasi belajar yang tinggi tidak identik dengan membaca buku pelajaran setiap saat. Motivasi belajar adalah kemauan anak untuk mempelajari hal-hal baru yang dihadapinya. Hal ini erat kaitannya dengan kepercayaan dirinya. Anak yang mudah berkata ‘aku tidak bisa’ biasanya masih belum mempunyai motivasi belajar yang tinggi.

 

telah diakui, kualitas TK-B Putik lebih baik dari kelas 1 SD konvensional
Hal-hal tersebut di atas hanya sebagian cara untuk mendeteksi kesiapan anak untuk masuk sekolah dasar. Anak-anak yang berusia diatas 6 tahun biasanya sudah memiliki kemampuan tersebut di atas. Jadi bila putra/putri Anda belum berusia 6 tahun dan kemampuannya akan keempat hal tersebut diatas belum maksimal maka Putik biasanya tidak memberikan rekomendasi untuk masuk sekolas dasar. Menunggu 1 tahun mempunyai efek yang positif daripada terburu-buru memasukan anak ke sekolah formalnya yang pertama. Penting diingat, secara psikologis, usia 0-8 tahun adalah usia bermain, jadi meskipun nantinya anak sudah masuk SD jangan lupa selalu memberinya kesempatan bermain sebanyak-banyaknya. Tentunya permainan yang positif. Ingat loh, yang terbaik buat anak harus dapat mengalahkan ego kita sebagai orangtua yang merasa bangga jika anaknya dapat 'mencuri umur' untuk masuk SD.....salam Putik.....